1 Full Life: AKU ADALAH AKU.
Nas : Kel 3:14
Tuhan sendiri memberikan diri nama "Aku adalah Aku" (dari sinilah muncul kata Ibr. _Yahweh_), sebuah frase Ibrani yang menunjuk tindakan. Allah sebenarnya mengatakan kepada Musa, "Aku ingin dikenal sebagai Allah yang hadir dan aktif."
lihat cat. --> Kej 2:4).
[atau ref. Kej 2:4]
Nama itu mengungkapkan kasih dan perhatian-Nya yang setia, bersama kerinduan untuk menebus umat-Nya dan hidup dalam persekutuan dengan mereka. Hal ini selaras dengan janji mendasar dari perjanjian, "Aku akan menjadi Allahmu"(lihat cat. --> Kej 17:7;
[atau ref. Kej 17:7]
Mazm 46:1-12). Tuhan menyatakan bahwa nama ini merupakan nama-Nya untuk selama-lamanya (ayat Kel 3:15).2 Full Life: DENGAN NAMA-KU TUHAN AKU BELUM MENYATAKAN DIRI.
Nas : Kel 6:2
Tuhan tidak memperkenalkan diri pada Abraham, Ishak, dan Yakub dengan nama "Tuhan" (Ibr. _Yahweh_;
lihat cat. --> Kej 2:4).
[atau ref. Kej 2:4]
(lihat cat. --> Kel 3:14).
[atau ref. Kel 3:14]
Mereka memang telah mendengar dan memakai nama Yahweh, tetapi di dalam pengalaman mereka lebih mengenal Dia sebagai "Allah Yang Mahakuasa," sebuah nama yang menekankan kuasa-Nya untuk melaksanakan dan menggenapi apa yang dijanjikan-Nya(lihat cat. --> Kej 17:1).
[atau ref. Kej 17:1]
3 Full Life: TUHAN, ALLAH PENYAYANG DAN PENGASIH.
Nas : Kel 34:6-7
Untuk ulasan tentang nama Allah sebagai Tuhan (Ibr. _Yahweh_)
lihat cat. --> Kej 2:4;
lihat cat. --> Kel 3:14.
[atau ref. Kej 2:4; Kel 3:14]
Di sini Allah menjelaskan lebih lanjut arti nama tersebut dan tabiat-Nya yang paling dalam. Tuhan adalah Allah yang belas kasihan, kebaikan hati, dan pengampunan-Nya terpadu dengan kebenaran, kekudusan, dan keadilan. Kenyataan bahwa Allah itu murah hati dan penuh belas kasihan menunjukkan bahwa Ia tidak akan menghukum siapa pun terkecuali dan hingga kasih-Nya yang panjang sabar itu ditolak dan dihina.
4 Full Life: KESALAHAN BAPA KEPADA ANAK-ANAK-NYA.
Nas : Kel 34:7
Orang-tua harus memperhatikan bahwa dosa mereka, pengabaian rohani atau kegagalan untuk memisahkan diri dari dunia dapat membawa dampak menyedihkan bagi anak-anak mereka. Anak-anak menderita karena dosa orang-tuanya dalam arti bahwa mereka pada umumnya mengikuti orang-tua mereka pada jalan pencobaan atau kompromi rohani, dan dengan demikian mengambil alih kebiasaan dan sikap yang jahat sehingga menuntun mereka makin jauh dari Allah menuju kebinasaan.